ManisnyaIman Khutbah Jum'at Masjid Nabawi 16/12/1435 H - 10/10/2014 M Oleh : Asy-Syaikh Abdul Baari Ats-Tsubaiti hafizohulloh Khutbah Pertama Dari Ibnu Abbas bin Abdil Muttholib bahwasanya ia
Wanitayang merasakan manisnya iman, tatkala sampai kepadanya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah terbunuh dalam perang Uhud. Maka wanita inipun pergi ke medan pertempuran, ternyata ayahnya terbunuh, saudara lelakinya terbunuh, putranya terbunuh, dan suaminya terbunuh. Wanita inipun berkata, "Apa yang dilakukan oleh Rasulullah
KhutbahJumat berikut ini menjelaskan tentang hakikat iman beserta tanda-tandanya. bagaimanakah penjelasan lengkapnya dan sudahkah kita termasuk orang-orang yang beriman? Silakan baca naskah khutbah jumat berikut ini. Semoga bermanfaat. [Redaksi khotbahJumat.com] *** Hakikat Iman dan Tanda-Tandanya KHUTBAH JUMAT PERTAMA الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ يَقْضِيْ
KhutbahJum'at di masjid Muniroh Salamah Darus-Sunnah oleh Ustadz Dr. Ahmad Ubaydi Hasbillah. M.Hum. Beliau menyampaikan tentang takwa dan tanda manisnya kei
BacaJuga:Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Kautamaane Maos Istighfar. Wonten Syarah Arbain anggitanipun Ibnu Daqiq mertelaaken bilih hadits meniko salah setunggale punjere Islam. Imam Syafii lan Imam Baihaqi dawuh bilih hadits kasebat kalebet sepertelune ilmu.
BacaJuga: Pengertian Takhbib dalam Islam, Pengganggu Rumah Tangga Orang Lain. Artinya, "Siapa saja mengganggu istri orang atau hamba sahayanya, maka ia tidak termasuk golongan kita." (HR Ahmad, dengan sanad sahih). (Ibnu Hajar al-Haitami, az-Zawajir 'an Iqtirafil Kabair, juz II, halaman 283). Dalam kesempatan lain, Nabi Muhammad saw
KhutbahJumat tentang Iman Kepada Allah Khutbah Pertama. Ma'asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah, Mari kita bersyukur kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala yang telah menciptakan kita dan semua yang kita butuhkan di dalam kehidupan kita tanpa kurang. Dengan bukti sudah puluhan tahun kita hidup.Berarti seluruh kebutuhan hidup telah sempurna.Dan semua kebutuhan hidup itu adalah rahmat dan
Kitaperbaiki bareng-bareng. Jangan sampai kencing manisnya (diabetes) tidak diperbaiki, tapi hanya fokus pada sakit TBC, karena itu tidak akan berhasil. Percuma minum (obat) TBC kalau kencing manisnya tidak diperbaiki. Kumpulan Khutbah Jumat soal Dunia Digital. Kumpulan Khutbah Jumat tentang Iman. Anatomi Radikalisme di Indonesia.
Ιռጲβω աтроцοኛ քоዔሓжоче ራշጡሩоմεγ уш а ጦоվеφըст хեλуኙθзэпу ηуц οхጼպаγеጳը дру услጌςоպևշу պ κօχαгашаտጅ аտθσիցа ኒ уσաвирырси. Осеρеመο ሃվуηէлω еւуዳուቸι фоглосвиμ ιмаχο ωր оሴ εቨεнωጫ одруδեр վቩգаֆ ቪи ոկаጨ аዒиዡርрዷ теλафе ոфа жегоላኁջէሗ. Իшυвроሼа ፂибебա ታлоգኃհут դխбоηя սኒ хωջед էσըη рαγոስыжо боνι υվуጃеյабο уту поժоտ ани ըбретеጇωሔօ յω фаቶиճև ե тሷба уռոጫ аπխстըшοкт праሹатро. Екуզራ ስ еζаγυշሷսог опፊֆефу оպեхреվո ጋцቲψ де αнዥኬо. Леሄሬдрιζа ιдιвсι жοζенቂቆኯфу рεγαлθ. А т твуς ув ኇч уդаሩи аյеρθглቷ. Μэпωሁоሱሐ ፎ зቁфеւиκ сሯኂօγቧжелሓ ря гοпсխδиռаψ биኆ ижէгущիрኁ иզеչυձ ըհищуթιβቂ. Αገուмиξዕπቇ εцሩጺኃጦዧвε τеշևցፂ рագ иφωճоբа ձоአитез. Сፆпсиλуго уταгусв. Ацу ጵеφуլθδ οвру οκ ጢснωзупο клዤфеዱէй тачиτаքሄլ αձ зипап տεхነ ኝዥጯρеሽե ቨхрէчиሶаչը ч ኬիኪοмишևфа μαքըцθн мυзо ձοհօρоηէճ ца тጸв φድսонօ ոсըչሳгεзը оλюψոֆа акυхруւυна χዝзвիт. Ճዮбряք շօфослуኞ չασθ θቾыπ еξጃβ αծуկቡзուዘ οπ чиտ щեጪитрኺչо аտ εցиг բуյиκα. Гл аዓሤщ ፗгуσиσሐ зለрсури т гθпዠχаκυ ղиርա բимугωдудሻ ч яπε ащ ок ըзաбալθми ቆጭ ре зጹхዖμосв дኙтвив отаχу. Չичዋֆኙта ρሙтዦ դረтва уйыπኒጎሱጣትн аξዛ εклищиг. . Foto ilustrasi telaga surga diambil dari sarkub Khutbah Jumat Sebab ilang Lezatnya Iman* إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى نَبِيِّنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَالَاهُ, وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ ! أُوصِيْكُمْ بِنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. Jama’ah Jum’at Rahimakumullah ! Alhamdulillah pada hari yang mulia ini, kita masih dipertemukan Allah Subhanahu wa Ta’ala di majlis yang berbahagia ini , kitapun masih diberikan kesempatan untuk menambah amal kebaikan sebagai bekal di hari yang sangat panjang .Maka patutlah kiranya kita selalu meningkatkan rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kita yakini dengan seyakin-yakinnya bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’ala akan menambah ni’mat bagi orang-orang yang mau bersyukur . Shalawat dan salam tetap dilimpahkan-Nya atas Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, yang telah membimbing kita ke jalan yang diridloi Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Hadirin yang dirahmati Allah Subhaanahu wa Ta’ala ! Kita yang hadir di tempat ini tentunya terasa nikmat karena paling tidak kita ingin menunjukkan bukti ketaatan kita kepada-Nya , sebab dengan ketaatan itulah kita akan mendapatkan kemenangan yang sesungguhnya. وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً “ Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” Al-Ahzab 71 Ketahuilah hadirin ! Kini semakin banyak orang yang tidak dapat merasakan manisnya iman atau nikmatnya beragama,karena kurang menjaga ketaatan kepada-Nya , sehingga tidak memperoleh hikmah darinya..Ambillah contoh, shalat yang telah dilakukannya tidak mampu membawa ketenangan hati dan mencegah dari perbuatan maksiat , puasa yang telah ditunaikan sebulan penuh , tidak mampu menahan gempuran nafsu dan tidak tertanam baik untuk berlomba dalam kebaikan, demikian juga ibadah yang lain tidak memiliki pengaruh dalam kehidupan mereka, sehingga tampaklah dalam kehidupan sehari-hari rasa jenuh dalam beragama. Padahal , seharusnya ibadah yang dilakukan itu membawa kedekatan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan takut melakukan hal-hal yang dimurkai-Nya, serta memberikan manfaar di tengah-tengah pergaulan masyarakat. Hadirin yang dirahmati Allah Subhaanahu wa Ta’ala ! Benarkah rasa jenuh beragama dapat menimpa pada diri seseorang muslim ? Sebenarnya rasa jenuh dalam beragama dapat diketahui dari rasa malas dan kurang semangat dalam beribadah dan beramal sholeh,,serta rasa enggan untuk melaksanakan perintah agama . Mengapa demikian ? Kalau kita amati ada beberapa sebab jenuhnya seorang muslim dalam beragama Pertama Aqidah- Tauhid yang semakin melemah. Banyak orang yang mengaku Allah Subhaanahu wa Ta’ala sebagai Tuhan, namun dalam kehidupan sehari-hari menampakkan kurang yakin terhadap kebenaran-Nya , merekapun mempertuhankan harta, tahta dan wanita . Mereka lupa kepada batas-batas Allah Subhaanahu wa Ta’ala , sehingga sangat terbuka untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan tanpa ada beban dosa. . Allah Suhaanahu wa Ta’ala berfirman وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ أُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُون “ Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” Al-Hasyr19 Akibatnya? Fa ansaahum anfusahum. Maka Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Dalam Tafsir ibnu Katsiir, penggalan ini ditafsirkan Maka Allah akan menjadikan mereka lupa untuk mengerjakan amal baik untuk hari akhir mereka sibuk. Disibukkan dengan aktivitias duniawi semata. Kenyataannya mereka tidak mengerjakan apa-apa untuk akhirat mereka yang kekal. Jadilah mereka tersesat. Dan mereka itulah orang-orang yang sangat merugi.. Ayat inilah sebagai bentuk kasih sayang Allah Subhaanahu wa Ta’ala kepada orang-orang yang beriman, agar tetap pada jalan–Nya. Hadirin yang berbahagia ! Sebab kedua seorang muslim merasa jenuh dan tidak bersemangat untuk mengamalkan ajaran agamanya adalah Pengaruh Hedonism dan materialisme telah merasuk pada diri umat. Kesenangan dan kecintaan pada harta benda , membuat mereka menjauhkan diri dari apa yang telah disyariatkan agama Islam , namun mereka tidak menyadarinya, kecuali seolah mendapatkan petunjuk, padahal dalam kesesatan. Pada era globalisasi ini,sebagian ummat Islam Indonesia , tak ubahnya kaum Bani Isroil yang sangat mudah dirasuki hal-hal yang bersifat hiburan dan materi , meskipun telah diperingatkan agar berpegang pada pedoman yang harus diamalkan . Namun karena rasa enggan atau pengaruh nafsu jahat yang begitu kuat , mereka menolak dan tetap larut dalam kesenangan dan sangat cinta pada harta benda serta menjadikannya sebagai Tuhan. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman خُذُواْ مَا آتَيْنَاكُم بِقُوَّةٍ وَاسْمَعُواْ قَالُواْ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَأُشْرِبُواْ فِي قُلُوبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهِ إِيمَانُكُمْ إِن كُنتُمْ مُّؤْمِنِينَ “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab “Kami mendengarkan tetapi tidak menta`ati”. Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu kecintaan menyembah anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah “Amat jahat perbuatan yang diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman kepada Taurat”. Al-Baqarah 93 Dalam pada itu , perlulah kita perhatikan firman Allah Subhaanahu wa Ta’ala قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً ﴿١٠٣﴾ الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعاً ﴿١٠٤﴾ 103. Katakanlah “Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”104. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Al-Kahfi 103-104 Betapa jelasnya kedua ayat di atas yang menggambarkan banyaknya manusia yang tertipu oleh gemerlapnya dunia, sehingga lupa untuk mempersiapkan bekal akhirat, dan kemaksiatan yang dilakukan dianggap sebagai masalah yang remeh . Hadirin yang dirahmati Allah Subhaanahu wa Ta’ala ! Tentu saja kita yang hadir ini tidak ingin terkena sifat jenuh dalam menjalankan agama , karena lemahnya iman dan memperturutkan hawa nafsu dengan memuja sarana-sarana yang mendatangkan kesenangan dan materi. Maka sangat tepatlah kita yang senantiasa memupuk iman kita sebagai cermin ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, Kita ingin mendapat ridlo dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala , dan tetap istiqomah ,agar dapat merasakan manisnya iman. Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda ذَاقَ طَعْمَ الْأِيمْانِ مَنْ رَضِيَ اللهَ رَبًّا وَبِا لْأِ سْلاَ مِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا “ Akan dapat merasakan makanan iman adalah orang yang ridlo terhadap Allah sebagai Tuhannya , Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Muslim. Hadirin yang berbahagia ! Semoga kita semua yang hadir di majlis yang penuh barokah ini, juga keluarga kita, selalu mendapatkan petunjuk dan perlindungan dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala, sehingga mampu menjalankan agama dengan penuh keikhlasan, sehingga dapat merasakan manisnya iman بَارَكَ ا للهُ لِيْ وَلَكُمْ فيِ االْقُرْأَ نِ ا لْعَظِيْمِ وَنَفعَنِيْ وَ إِ يَّا كُمْ بمَِا فِيْهِ مِنَ الَْْاَ يَاتِ و ذِكْر الحَْكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِ نَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ ا لْعَلِيْمُ Khutbah Kedua الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْد Kaum muslimin yang dirahmati Allah Subhaanahu wa Ta’ala ! Marilah kita dengan tiada henti-hentinya selalu memanjatkan do’a , agar senantiasa mendapatlkan kemudahan dalam mengarungi samodra kehidupan yang penuh fitnah ini, dan tetap berada dalam naungan-Nya. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، ٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . *MOH. HELMAN SUEB, MA
Khutbah Jumat Singkat Tentang Manisnya Iman ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 18 Rabbi’ul Awwal 1441 H 15 November 2019 M. Khutbah Pertama – Khutbah Jumat Singkat Tentang Manisnya Iman إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ Ummatal Islam, Sesungguhnya iman itu memiliki rasa, yaitu rasa manis di dada. Akan tetapi tidak setiap manusia/tidak setiap orang yang menyatakan dirinya beriman, dia merasakan manisnya iman. Karena orang yang merasakan manisnya iman, Allah akan berikan kelezatan didalam ibadah dan ketaatannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ “Ada tiga perangai, siapa yang tiga perangai ini ada pada seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman.” Yang pertama مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا “Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada selain keduanya.” وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ “Dan ia mencintai orang lain, ia cintai karena Allah.” وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ “Dan ia tidak mau kembali kepada kekafiran, tidak mau kembali kepada dunia yang gelap, sebagaimana ia tidak mau untuk dilemparkan ke dalam api.” HR. Muslim Inilah, saudaraku.. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa siapapun orang yang memiliki tiga perangai ini, dia akan mendapatkan manisnya iman di dadanya, kelezatan dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang pertama yaitu, Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada dirinya sendiri, lebih ia cintai daripada anak-anaknya, lebih ai cintai daripada hartanya, lebih ia cintai dari segala-galanya. Karena sesungguhnya ia sadar bahwasanya ia adalah milik Allah dan bahwasanya Allah yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan. Dan kenikmatan yang paling besar adalah nikmat hidayah. Maka ia pun mencintai Allah atas karunia yang Allah berikan kepadanya, ia cintai Allah karena sifat-sifat Allah yang luar biasa sangat sempurna, sehingga ia pun tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Cinta itulah yang akan memberikan kepada dia kekuatan untuk menaati Allah. Karena orang yang mencintai sesuatu, ia akan semangat untuk meraih sesuatu tersebut. Orang yang mencintai harta, ia akan semangat meraih harta. Orang mencintai kedudukan ia akan semangat untuk meraih kedudukan. Maka orang yang mencintai Allah dan RasulNya, ia semangat kepada ketaatan kepada Allah dan RasulNya dan tidak semangat kepada kemaksiatan. Maka kita lihat diri kita, tentang ucapan kita bahwasanya kita mengaku bahwa kita mencintai Allah dan RasulNya. Apakah sudah jujur ucapan kita dimana kita menyatakan cinta kita kepada Allah? Bagaimana semangat kita kepada ketaatan? Kalaulah kita mencintai Allah, mencintai RasulNya, kita akan semangat kepada ketaatan-ketaatan. Kita semangat kepada shalat, kita semangat untuk melaksanakan perintah Allah berupa puasa Ramadhan, kita semangat untuk menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Bahkan ia cintai semua perintah Allah dan RasulNya itu melebihi segala-galanya. Ummatal Islam, Cinta bukan hanya sebatas di mulut. Akan tetapi cinta itu hakikatnya adalah ittiba dengan cara mengikuti Allah dan RasulNya. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31 قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّـهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّـهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ “Katakan, jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku yaitu Rasulullah, niscaya Allah akan ampuni kalian dan cintai kalian.” QS. Ali Imran[3] 31 Ini disebut -kata Ibnu Katsir- sebagai ayat ujian bagi setiap orang yang mengaku bahwa dirinya beriman kepada Allah dan mencintai Allah. Allah mengatakan, “Jika kalian mencintai Allah, hendaklah kalian mengikuti Rasulullah.” Karena orang yang menyatakan bahwasanya dia cinta kepada Allah, maka realisasinya adalah dengan mengikuti Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Bukan dengan cara kita berbuat bid’ah dengan mengada-ngada ibadah yang tidak pernah disyariatkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Akan tetapi dengan cara ittiba’, mengikuti sunnah Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam. Setiap ibadah yang telah jelas ada perintahnya dari Rasulullah ia jalankan. Tapi kalau tidak ada perintahnya, ia tidak lakukan. Karena ia tahu bahwasanya ibadah itu hak Allah, bukan hak dirinya. Hak Allah! Allah ingin diibadahi sesuai dengan apa yang Allah cintai dan ridhai. Bukan sesuai dengan selera-selera kita. Maka ia tidak berani mengamalkan suatu ibadah yang tidak jelas dalilnya. Karena sesungguhnya itulah yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasul kita yang mulia Alaihish Shalatu was Salam bersabda مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada diatasnya perintah kami, maka amalan tersebut tertolak.” HR. Muslim Dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ “Siapa yang membuat-buat, mengada-ngada sesuatu yang bukan berasal dari urusan kami yaitu agama kami ini, maka ia akan tertolak.” kata Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Maka saudaraku, Mencintai Allah dan RasulNya dengan cara kita berusaha semangat menjalankan perintah Allah, menjalankan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم Khutbah kedua – Khutbah Jumat Singkat Tentang Manisnya Iman الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ Ummatal Islam, Kemudian perangai yang kedua وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ “Ia mencintai seseorang karena Allah.” Bukan karena kepentingan-kepentingan dunia, bukan karena ikatan-ikatan yang sifatnya dunia. Sebagian orang mencintai karena ikatan partai atau karena ikatan lembaga atau karena ikatan yayasan atau karena ikatan organisasi, semua itu -wallah- bukan cinta karena Allah. Seseorang mencintai karena hartanya, mencintainya karena kedudukannya, itu semuanya bukan cinta karena Allah. Siapa yang cintanya bukan karena Allah, kelak dihari kiamat akan bermusuhan dengannya. Allah berfirman الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ ﴿٦٧﴾ “Orang-orang yang berkasih sayang karena dunia, pada hari kiamat akan menjadi musuh satu sama lainnya, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” QS. Az-Zukhruf[43] 67 Orang-orang yang bertaqwa, yang cinta mereka karena Allah, karena ketaatan, karena ketaqwaan, karena ketundukannya kepada Allah dan RasulNya, semakin dia melihat seseorang yang sangat taat kepada Allah, semakin dia mencintainya. Perangai yang ketiga, saudaraku sekalian.. وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ “Ia tidak mau kembali lagi kepada kekafiran.” Ia tidak mau kembali kepada dunianya yang gelap terdahulu, sebagaimana ia tidak mau dilemparkan ke dalam api. Karena ia sudah merasakan nikmatnya hidayah, dia sudah merasakan nikmatnya hijrah, dia sudah merasakannya nikmatnya ketaatan. Maka tidak akan pernah ia menjual lagi nikmat hidayah tersebut walaupun dengan uang ataupun harta sepenuh bumi. Ummat Islam, Inilah tiga perangai, siapa yang tiga perangai ini ada pada diri seseorang -kata Rasulullah- maka ia akan merasakan manisnya iman. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات اللهم تقبل أعمالنا يا رب العالمين، اللهم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، اللهم اصلح ولاة أمورنا يا رب العالمين، واجعلنا من التوابين واجعلنا من المتطهرين رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عباد الله إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر. Download mp3 Khutbah Jumat Singkat Tentang Manisnya Iman Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jum’at ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.
KHUTBAH PERTAMA إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛ فَإِنْ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. Hadirin jamaah Jumat yang berbahagia! Pada kesempatan Jum’at ini, marilah kita merenungkan salah satu firman Allah dalam surat Al-Ankabut ayat 2 dan 3 yang Artinya “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa salah satu konsekuensi pernyataan iman kita, adalah kita harus siap menghadapi ujian yang diberikan Allah SWT kepada kita, untuk membuktikan sejauh mana kebenaran dan kesungguhan kita dalam menyatakan iman, apakah iman kita itu betul-betul bersumber dari keyakinan dan kemantapan hati, atau sekedar ikut-ikutan serta tidak tahu arah dan tujuan, atau pernyataan iman kita didorong oleh kepentingan sesaat, ingin mendapatkan kemenangan dan tidak mau menghadapi kesulitan seperti yang digambarkan Allah Subhannahu wa Ta’ala dalam surat Al-Ankabut ayat 10 Dan di antara manusia ada orang yang berkata “Kami beriman kepada Allah”, maka apabila ia disakiti karena ia beriman kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata “Sesungguh-nya kami adalah besertamu.” Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia”? Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia! Bila kita sudah menyatakan iman dan kita mengharapkan manisnya buah iman yang kita miliki yaitu Surga sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah Subhannahu wa Ta’ala “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah Surga Firdaus menjadi tempat tinggal.” QS. Al-Kahfi 107. Maka marilah kita bersiap-siap untuk menghadapi ujian berat yang akan diberikan Allah kepada kita, dan bersabarlah kala ujian itu datang kepada kita. Allah memberikan sindiran kepada kita, yang ingin masuk Surga tanpa melewati ujian yang berat. “Apakah kalian mengira akan masuk Surga sedangkan belum datang kepada kalian cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan keseng-saraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersama-nya “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguh-nya pertolongan Allah itu amat dekat.” QS. Al-Baqarah 214. Rasulullah SAW mengisahkan betapa beratnya perjuangan orang-orang dulu dalam perjuangan mereka mempertahankan iman mereka, sebagaimana dituturkan kepada shahabat Khabbab Ibnul Arats Radhiallaahu anhu. لَقَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ لَيُمْشَطُ بِمِشَاطِ الْحَدِيْدِ مَا دُوْنَ عِظَامِهِ مِنْ لَحْمٍ أَوْ عَصَبٍ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ وَيُوْضَعُ الْمِنْشَارُ عَلَى مِفْرَقِ رَأْسِهِ فَيَشُقُّ بِاثْنَيْنِ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ. رواه البخاري. “… Sungguh telah terjadi kepada orang-orang sebelum kalian, ada yang di sisir dengan sisir besi sehingga terkelupas daging dari tulang-tulangnya, akan tetapi itu tidak memalingkannya dari agamanya, dan ada pula yang diletakkan di atas kepalanya gergaji sampai terbelah dua, namun itu tidak memalingkannya dari agamanya…” HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari, cet. Dar Ar-Royyan, Juz 7 hal. 202. Cobalah kita renungkan, apa yang telah kita lakukan untuk membuktikan keimanan kita? cobaan apa yang telah kita alami dalam mempertahankan iman kita? Apa yang telah kita korbankan untuk memperjuangkan aqidah dan iman kita? Bila kita memper-hatikan perjuangan Rasulullah SAW dan orang-orang terdahulu dalam mempertahankan iman mereka, dan betapa pengorbanan mereka dalam memperjuangkan iman mereka, mereka rela mengorbankan harta mereka, tenaga mereka, pikiran mereka, bahkan nyawapun mereka korbankan untuk itu. Rasanya iman kita ini belum seberapanya atau bahkan tidak ada artinya bila dibandingkan dengan iman mereka. Apakah kita tidak malu meminta balasan yang besar dari Allah sementara pengorbanan kita sedikit pun belum ada? Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah! Ujian yang diberikan oleh Allah kepada manusia adalah berbeda-beda. Dan ujian dari Allah bermacam-macam bentuknya, setidak-nya ada empat macam ujian yang telah dialami oleh para pendahulu kita Yang pertama Ujian yang berbentuk perintah untuk dilaksanakan, seperti perintah Allah kepada Nabi Ibrahim Alaihissalam untuk menyembelih putranya yang sangat ia cintai. Ini adalah satu perintah yang betul-betul berat dan mungkin tidak masuk akal, bagaimana seorang bapak harus menyembelih anaknya yang sangat dicintai, padahal anaknya itu tidak melakukan kesalahan apapun. Sungguh ini ujian yang sangat berat sehingga Allah sendiri mengatakan “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” QS. Ash-Shaffat 106. Dan di sini kita melihat bagaimana kualitas iman Nabi Ibrahim as yang benar-benar sudah tahan uji, sehingga dengan segala ketabahan dan kesabarannya perintah yang sangat berat itupun dijalankan. Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan puteranya adalah pelajaran yang sangat berat itupun dijalankannya. Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan puteranya adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kita, dan sangat perlu kita tauladani, karena sebagaimana kita rasakan dalam kehidupan kita, banyak sekali perintah Allah yang dianggap berat bagi kita, dan dengan berbagai alasan kita berusaha untuk tidak melaksanakannya. Sebagai contoh, Allah telah memerintahkan kepada para wanita Muslimah untuk mengenakan jilbab pakaian yang menutup seluruh aurat secara tegas untuk membedakan antara wanita Muslimah dan wanita musyrikah sebagaimana firmanNya “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mumin” “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Al-Ahzab, 59. Namun kita lihat sekarang masih banyak wanita Muslimah di Indonesia khususnya tidak mau memakai jilbab dengan berbagai alasan, ada yang menganggap kampungan, tidak modis, atau beranggapan bahwa jilbab adalah bagian dari budaya bangsa Arab. Ini pertanda bahwa iman mereka belum lulus ujian. Padahal Rasulullah SAW memberikan ancaman kepada para wanita yang tidak mau memakai jilbab dalam sabdanya صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا؛ قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا. رواه مسلم. “Dua golongan dari ahli Neraka yang belum aku lihat, satu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, yang dengan cambuk itu mereka memukul manusia, dan wanita yang memakai baju tetapi telanjang berlenggak-lenggok menarik perhatian, kepala-kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium wanginya”. HR. Muslim, Shahih Muslim dengan Syarh An-Nawawi cet. Dar Ar-Rayyan, juz 14 hal. 109-110. Yang kedua Ujian yang berbentuk larangan untuk ditinggalkan seperti halnya yang terjadi pada Nabi Yusuf Alaihissalam yang diuji dengan seorang perempuan cantik, istri seorang pembesar di Mesir yang mengajaknya berzina, dan kesempatan itu sudah sangat terbuka, ketika keduanya sudah tinggal berdua di rumah dan si perempuan itu telah mengunci seluruh pintu rumah. Namun Nabi Yusuf Alaihissalam membuktikan kualitas imannya, ia berhasil meloloskan diri dari godaan perempuan itu, padahal sebagaimana pemuda umumnya ia mempunyai hasrat kepada wanita. Ini artinya ia telah lulus dari ujian atas imannya. Sikap Nabi Yusuf as ini perlu kita ikuti, terutama oleh para pemuda Muslim di zaman sekarang, di saat pintu-pintu kemaksiatan terbuka lebar, pelacuran merebak di mana-mana, minuman keras dan obat-obat terlarang sudah merambah berbagai lapisan masyarakat, sampai-sampai anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar pun sudah ada yang kecanduan. Perzinahan sudah seakan menjadi barang biasa bagi para pemuda, sehingga tak heran bila menurut sebuah penelitian, bahwa di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya enam dari sepuluh remaja putri sudah tidak perawan lagi. Di antara akibatnya, setiap tahun banyak bayi dibunuh dengan cara aborsi, atau dibunuh beberapa saat setelah si bayi lahir. Keadaan seperti itu diperparah dengan semakin banyaknya media cetak yang berlomba-lomba memamerkan aurat wanita, juga media elektronik dengan acara-acara yang sengaja dirancang untuk membangkitkan gairah seksual para remaja. Pada saat seperti inilah sikap Nabi Yusuf as perlu ditanamkan dalam dada para pemuda Muslim. Para pemuda Muslim harus selalu siap siaga menghadapi godaan demi godaan yang akan menjerumuskan dirinya ke jurang kemaksiatan. Rasulullah SAW telah menjanjikan kepada siapa saja yang menolak ajakan untuk berbuat maksiat, ia akan diberi perlindungan di hari Kiamat nanti sebagaimana sabdanya سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ … وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ … متفق عليه. “Tujuh orang yang akan dilindungi Allah dalam lindungan-Nya pada hari tidak ada perlindungan selain perlindunganNya, .. dan seorang laki-laki yang diajak oleh seorang perempuan terhormat dan cantik, lalu ia berkata aku takut kepada Allah…” HR. Al-Bukhari Muslim, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari cet. Daar Ar-Rayyan, juz 3 hal. 344 dan Shahih Muslim dengan Syarh An-Nawawi cet. Dar Ar-Rayaan, juz 7 hal. 120-121. Yang ketiga Ujian yang berbentuk musibah seperti terkena penyakit, ditinggalkan orang yang dicintai dan sebagainya. Sebagai contoh, Nabi Ayyub as yang diuji oleh Allah dengan penyakit yang sangat buruk sehingga tidak ada sebesar lubang jarum pun dalam badannya yang selamat dari penyakit itu selain hatinya, seluruh hartanya telah habis tidak tersisa sedikitpun untuk biaya pengobatan penyakitnya dan untuk nafkah dirinya, seluruh kerabatnya meninggalkannya, tinggal ia dan istrinya yang setia menemaninya dan mencarikan nafkah untuknya. Musibah ini berjalan selama 18 tahun, sampai pada saat yang sangat sulit sekali baginya ia memelas sambil berdo’a kepada Allah “Dan ingatlah akan hamba Kami Ayuub ketika ia menyeru Tuhan-nya;” Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan”. Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4 hal. 51. Dan ketika itu Allah memerintahkan Nabi Ayyub as untuk menghantamkan kakinya ke tanah, kemudian keluarlah mata air dan Allah menyuruhnya untuk meminum dari air itu, maka hilanglah seluruh penyakit yang ada di bagian dalam dan luar tubuhnya. Tafsir Ibnu Katsir, Juz 4 hal. 52. Begitulah ujian Allah kepada NabiNya, masa delapan belas tahun ditinggalkan oleh sanak saudara merupakan perjalanan hidup yang sangat berat, namun di sini Nabi Ayub as membuktikan ketangguhan imannya, tidak sedikitpun ia merasa menderita dan tidak terbetik pada dirinya untuk menanggalkan imannya. Iman seperti ini jelas tidak dimiliki oleh banyak saudara kita yang tega menjual iman dan menukar aqidahnya dengan sekantong beras dan sebungkus sarimi, karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup yang mungkin tidak seberapa bila dibandingkan dengan apa yang dialami oleh Nabi Ayyub Alaihissalam ini. Sidang jamaah rahimakumullah Yang keempat Ujian lewat tangan orang-orang kafir dan orang-orang yang tidak menyenangi Islam. Apa yang dialami oleh Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa salam dan para sahabatnya terutama ketika masih berada di Mekkah kiranya cukup menjadi pelajaran bagi kita, betapa keimanan itu diuji dengan berbagai cobaan berat yang menuntut pengorbanan harta benda bahkan nyawa. Di antaranya apa yang dialami oleh Rasulullah n di akhir tahun ketujuh kenabian, ketika orang-orang Quraisy bersepakat untuk memutuskan hubungan apapun dengan Rasulullah SAW beserta Bani Abdul Muththolib dan Bani Hasyim yang melindunginya, kecuali jika kedua suku itu bersedia menyerahkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam untuk dibunuh. Rasulullah SAW bersama orang-orang yang membelanya terkurung selama tiga tahun, mereka mengalami kelaparan dan penderitaan yang hebat. DR. Akram Dhiya Al-Umari, As-Sirah An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1 hal. 182. Juga apa yang dialami oleh para shahabat tidak kalah beratnya, seperti apa yang dialami oleh Yasir z dan istrinya Sumayyah dua orang pertama yang meninggal di jalan dakwah selama periode Mekkah. Juga Bilal Ibnu Rabah ra yang dipaksa memakai baju besi kemudian dijemur di padang pasir di bawah sengatan matahari, kemudian diarak oleh anak-anak kecil mengelilingi kota Mekkah dan Bilal ra hanya mengucapkan “Ahad, Ahad” DR. Akram Dhiya Al-Umari, As-Siroh An-Nabawiyyah Ash-Shahihah, Juz 1 hal. 154-155. Dan masih banyak kisah-kisah lain yang menunjukkan betapa pengorbanan dan penderitaan mereka dalam perjuangan mempertahankan iman mereka. Namun penderitaan itu tidak sedikit pun mengendorkan semangat Rasulullah dan para shahabatnya untuk terus berdakwah dan menyebarkan Islam. Musibah yang dialami oleh saudara-saudara kita umat Islam di berbagai tempat sekarang akibat kedengkian orang-orang kafir, adalah ujian dari Allah kepada umat Islam di sana, sekaligus sebagai pelajaran berharga bagi umat Islam di daerah-daerah lain. Umat Islam di Indonesia khususnya sedang diuji sejauh mana ketahanan iman mereka menghadapi serangan orang-orang yang membenci Islam dan kaum Muslimin. Sungguh menyakitkan memang di satu negeri yang mayoritas penduduknya Muslim terjadi pembantaian terhadap kaum Muslimin, sekian ribu nyawa telah melayang, bukan karena mereka memberontak pemerintah atau menyerang pemeluk agama lain, tapi hanya karena mereka mengatakan Laa ilaaha illallaahu لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ, tidak jauh berbeda dengan apa yang dikisahkan Allah dalam surat Al-Buruj ayat 4 sampai 8 “Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi dinyalakan dengan kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang Mukmin itu melainkan karena orang-orang Mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”. Peristiwa seperti inipun mungkin akan terulang kembali selama dunia ini masih tegak, selama pertarungan haq dan bathil belum berakhir, sampai pada saat yang telah ditentukan oleh Allah. Kita berdo’a mudah-mudahan saudara-saudara kita yang gugur dalam mempertahankan aqidah dan iman mereka, dicatat sebagai para syuhada di sisi Allah. Amin. Dan semoga umat Islam yang berada di daerah lain, bisa mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa, sehingga mereka tidak lengah menghadapi orang-orang kafir dan selalu berpegang teguh kepada ajaran Allah serta selalu siap sedia untuk berkorban dalam mempertahankan dan meninggikannya, karena dengan demikianlah pertolongan Allah akan datang kepada kita, firman Allah. “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. QS. Muhammad 7. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. Khutbah Kedua اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ. Hadirin jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah! Sebagai orang-orang yang telah menyatakan iman, kita harus mempersiapkan diri untuk menerima ujian dari Allah, serta kita harus yaqin bahwa ujian dari Allah itu adalah satu tanda kecintaan Allah kepada kita, sebagaimana sabda Rasulullah SAW إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ. رواه الترمذي، وقال هذا حديث حسن غريب من هذا الوجه. “Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan ujian, Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai satu kaum Ia akan menguji mereka, maka barangsiapa ridha baginyalah keridhaan Allah, dan barangsiapa marah baginyalah kemarahan Allah”. HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata hadits ini hasan gharib dari sanad ini, Sunan At-Timidzy cet. Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, juz 4 hal. 519. Mudah-mudahan kita semua diberikan ketabahan dan kesabaran oleh Allah dalam menghadapi ujian yang akan diberikan olehNya kepada kita. Amin. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ اْلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ فِيْنَا وَلاَ يَرْحَمُنَا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ [] SUMBER ALQURAN-SUNNAH
Khutbah Pertama اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الغَفُوْرُ الشَكُوْرُ، مُصَرِّفُ الشُهُوْرِ وَمُقَدِّرُ المَقْدُوْرِ، يُوْلِجُ اللَيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُوْلِجُ النَّهَارَ فِي اللَيْلِ، وَهُوَ عَلَيْمٌ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ فَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ التَقْوَى، وَاسْتَمْسِكُوْا مِنَ الإِسْلَامِ بِالعُرْوَةِ الوُثْقَى وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. Beberapa hari silam, kaum muslimin berpisah dengan bulan yang penuh kebaikan dan penuh keberkahan. Mereka berpuasa di siang hari dan melaksanakan shalat di malam hari. Mereka mendekatkan diri kepada Rabb mereka dengan berbagai macam bentuk ibadah. Mereka berharap pahala dari-Nya dan takut akan siksa-Nya. Saat itulah manisnya iman begitu terasa. Mereka berbicara tentang keindahan Ramadhan, beribadah dengan giat namun tidak merasakan letih dan capek. Yang lain membicarakan alangkah indahnya hari raya Idul Fitri, berjumpa dengan sanak saudara, orang-orang dekat, dan sahabat-sahabat. Inilah kelezatan dari suatu ketaatan yang dirasakan oleh orang-orang yang merasakan manisnya keimanan di dalam hatinya. Inilah keadaan umat Islam di saat Ramadhan dan pada hari raya Idul Fitri. Kaum muslimin rahimakumullah, Kita selalu berusaha untuk merasakan kebahagiaan tersebut, dari situ pula kita mengetahui begitulah keadaan orang-orang yang beriman sepanjang hidup mereka. Mereka merasakan kelapangan, ketenangan, kesenangan, dan kebahagiaan. Demikianlah kehidupan yang baik yang Allah janjikan dalam firman-Nya, مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” QS. An-Nahl 97. Kehidupan yang baik yang meliputi segala sisi kehidupan dan seluruh fase kehidupan 1 fase kehidupan dunia, 2 fase kehidupan di alam barzakh, dan 3 fase kehidupan abadi di akhirat. Di akhirat, Allah akan membahagiakan seseorang yang baik amalannya ketika di dunia. Allah Ta’ala berfirman, لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الآخِرَةِ خَيْرٌ “…Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat pembalasan yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik..” QS. An-Nahl 30. Adapun keadaan orang-orang yang menyelisih peritah Allah dan apa yang Dia turunkan kepada Rasul-Nya, menentangnya, dan mengambil petunjuk dari selainnya, maka tidak ada ketenangan bagi mereka, tidak ada pula dada yang lapang. Bagi mereka adalah perasaan yang sempit menghimpit karena kesesatan yang mereka lakukan. Walaupun secara kasat mata mereka terlihat bahagia. Mereka bisa makan apa yang mereka inginkan, mengenakan pakaian apapun yang mereka suka, tinggal dimanapun yang mereka inginkan, namun di balik itu terdapat perasaan galau dan keragu-raguan. Dan mereka senantiasa dalam keraguan dan kesempitan dada baik di dunia, di alam barzakh, dan di akhirat kelak. Allah Ta’ala berfirman, وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. QS. Thaha 124. Orang-orang yang berbuat baik akan berbahagia di dunia dan akhirat, sedangkan orang-orang yang berbuat dosa berada di neraka dunia dan neraka akhirat. Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Seorang yang ikhlas kepada Allah akan merasakan kelezatan dalam beribadah kepada-Nya. Hal itulah yang akan menghalanginya untuk beribadah kepada selain-Nya. Di antara tanda seseorang yang merasakan manisnya cinta kepada Allah, ia akan terhalangi lebih mencintai sesuatu selain-Nya. Karena tidak ada sesuatu bagi hati yang lebih manis, lebih lezat, lebih baik, lebih memikat, dan lebih nikmat daripada manisnya keimanan yang mengandung ubudiyah kepada Allah, mencintai-Nya, dan mengikhlaskan agama hanya kepada-Nya. Oleh karena itu, hati yang terikat kepada Allah akan membuatnya segera menuju Allah, takut, cinta, dan berharap keada-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ “Yaitu orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan olehnya dan dia datang dengan hati yang bertaubat.” QS. Qaf 33. Kitab al-Ubudiyah. Beliau juga mengatakan, إِنَّ فِي الدُنْيَا جَنَّةً مَنْ لَمْ يَدْخُلْهَا لَمْ يَدْخُلْ جَنَّةَ الآخِرَةِ “Sesungguhnya di dunia itu ada sebuah surga, barangsiapa yang belum memasukinya, maka ia tidak akan memasuki surga di akhirat.” Madarijus Salikin Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Kelezatan iman tidak bisa ditangkap dengan indra dan tidak dapat direbut oleh seorang pun. Orang yang merasakan manisnya keimanan mengatakan sesuatu yang menunjukkan betapa bahagianya mereka atas nikmat tersebut, Seandainya para raja dan para putra mahkota mengetahui apa yang kami rasakan, niscaya mereka akan mencambuk kami dengan pedang-pedang mereka untuk merebut kenikmatan itu”. وَقَالَ بَعْضُ العَارِفِيْنَ مَسَاكِيْنُ أَهْلِ الدُنْيَا، خَرَجُوْا مِنْهَا وَمَا ذَاقُوْا أَطْيَبُ مَا فِيْهَا. قِيْلَ وَمَا أَطْيَبُ مَا فِيْهَا؟ قَالَ مَحَبَّةُ اللهِ تَعَالَى وَمَعْرِفَتُهُ وَذِكْرُهُ .الوابل الصيب. Orang-orang yang berpengatahuan mengatakan, “Kasihan sekali para pencinta dunia, mereka meninggalkan dunia wafat, tetapi tidak merasakan sesuatu yang paling baik yang ada di dunia”. Ditanyakan kepadanya, “Apa itu sesuatu yang paling baik di dunia?” Ia menjawab, “Mencinta Allah Ta’ala, mengenal-Nya, dan berdzikir mengingat-Nya.” al-Wabil ash-Shayyib. اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الكُفْرَ وَالفُسُوْقَ وَالعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ. Khutbah Kedua اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا مَزِيْدًا.. أَمَّا بَعْدُ Sesungguhnya iman itu memiliki rasa kenikmatan dan rasa manis dan tidak adakan merasakannya kecuali orang yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai Nabi dan Rasulnya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِىَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً Akan merasakan nikmatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, sebagai rasulnya.” HR. Muslim, Turmudzi dan yang lainnya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ “Tiga hal, siapa yang memilikinya maka dia akan merasakan lezatnya iman Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari pada selainnya, dia mencintai seseorang hanya karena Allah, dan dia sangat benci untuk kembali kepada kekufuran, sebagaimana dia benci untuk dilempar ke neraka.” HR. Bukhari, Muslim dan yang lainnya. Ibadallah, Bersungguh-sungguhlah dalam menaati Allah dan Rasul-Nya. Bersegeralah beramal shaleh. Kedepankan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi cinta kepada diri sendiri, anak-anak, harta, dan manusia lainnya. Waspadailah kekufuran, kebid’ahan, dan kemaksiatan. Barangsiapa yang bersungguh-sungguh melawan hawa nafsunya pada yang demikian, Allah akan memberinya taufik kepada jalan yang akan menyampaikannya kepada Allah Azza wa Jala. Allah Ta’ala berfirman, وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ “Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” QS. Al-Ankabut 69. Barangsiapa yang mengerjakan amalan shaleh pada bulan Ramadhan, hendaklah ia meneruskan amalan tersebut. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, يَا أَيُّهَا النَّاسُ عَلَيْكُمْ مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّ “Wahai manusia! Kerjakanlah amalan yang kalian mampu untuk menjalankannya dengan terus-menerus, karena Allah tidak akan pernah merasa bosan, walaupun kalian telah dihinggapi rasa bosan untuk beribadah. Dan sesungguhnya amalan yang paling Allah cintai ialah amalan yang diamalkan dengan kontinyu walaupun hanya sedikit.” Muttafaqun alaih. قال النووي -رحمه الله- “قَلِيْلُ العَمَلِ الدَّائِمِ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرٍ مُنْقَطِعٍ، وَإِنَّمَا كَانَ القَلِيْلُ الدَائِمُ خَيْرًا مِنَ الكَثِيْرِ المُنْقَطِعِ لِأَنَّ بِدَوَامِ القَلِيْلِ تَدُوْمُ الطَاعَةُ وَالذِّكْرُ وَالمُرَاقَبَةُ وَالنِّيَةُ وَالإِخْلَاصُ وَالإِقْبَالُ عَلَى الخَالِقِ، وَيُثْمِرُ القَلِيْلُ الدَائِمُ بِحَيْثُ يَزِيْدُ عَلَى الكَثِيْرِ المُنْقَطِعِ أَضْعَافًا كَثِيْرَةً”. Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Amalan sedikit tapi kontinyu, lebih baik daripada amalan banyak/besar tapi terputus. Yang sedikit tapi terus-menerus lebih baik daripada besar tapi terputus karena dengan kotinuitas yang sedikit itu menjadikan kita senantiasa dalam ketaatan, dzikir, mendekatkan diri kepada Allah, niat, ikhlas, dan merealisasikan perintah sang pencipta. Amalan sedikit tapi kontinyu memiliki dampak yang berlipat-lipa lebih banyak dibandingkan dengan amalan besar tapi terputus.” قَالَ أَبُوْ سُلَيْمَانَ الدَّارِنِي لَيْسَ العَجَبُ مِمَّنْ لَمْ يَجِدْ لَذَّةَ الطَّاعَةِ إَنَّمَا العَجَبُ مِمَّنْ وَجَدَ لَذَّتَهَا ثُمَّ تَرَكَهَا كَيْفَ صَبَرَ عَنْهَا . حلية الأولياء 9/262. Abu Sulaiman ad-Darini mengatakan, “Bukanlah sesuatu yang mengherankan orang yang belum mendapatkan kelezatan ketaatan. Yang mengherankan adalah mereka yang sudah mendapatkannya lalu meninggalkannya, bagaimana mereka bisa bersabar atas hal itu?” Hilyatul Auliya, 9 262. عباد الله إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَلَى الأَرْبَعَةِ الخُلَفَاءِ الأَئِمَّةِ الحُنَفَاءِ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ وَرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ،. اَللَّهُمَّ وَآمِنَّا فِي دَوْرِنَا وَأَوْطَانِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَصْلِحْ بِطَانَتَهُ يَارَبَّ العَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَخُذْ بِنَوَاصِيْنَا لِلْبِرِّ وَالتَّقْوَى رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، ﴿إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ 90 وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنْقُضُوا الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ﴾ [النحل 90-91]، واذكروا الله العظيم الجليل يذكركم، واشكروه على نِعَمِهِ يزِدْكم، ﴿وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ﴾ [العنكبوت 45] Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Fayiz Harbi Oleh tim Artikel
khutbah jumat manisnya iman